06 February 2009

Malaikat di Bulan Juli

Sore bertiup di bulan juli,
Tapak malaikatku menepi.
Sinarnya memancarkan sendiri,
Senyum untukku dari lubuk hati. 
Hadirnya terbayang di gemuruh gelegak air,
Terserat di remukan puing tanah,
Terhembus di kabut selimut udara,
Dan terukir kuat di lembar sanubari hati.

Detaknya menjadi detakku,
Ttawanya menjadi tawaku.
Kaukah malaikat dalam sahabat sejati?
Yang membunuh kesepianku hingga mati?

Tiba malaikatku menangiskan kasih dan salam,
Lalu matanya terpejam dalam.
Terang cahayanya terbenam kelam,
Menyatu dengan semesta pagi dan malam.

Patutkah kumurkakan diri,
Dalam tangis yang terperi?
Karena merindukan warna auramu ,
Setelah maut menggegas dari tepi matamu?
Kini hanya tersisa bagiku kenangan,
Dan sepotong batu pualam murahan,
Terbaringnya ragamu dalam lahan,
Membuaiku ke pedihnya angan angan.

Kujajaki deru tangis ini perlahan,
Membiarkan sakit sepi tertahan,
Ternganga luka jiwa yang tersisih,
Ditinggal sahabat dan malaikat terkasih.

Di  langit malaikatku tersenyum sunyi,
Diiringi nyanyian dunia tiada henti
Sore bertiup di bulan juli
Jejak kedatangan malaikatku terus terpatri.

(Oct 20th, 2008)


No comments: