05 February 2009

Kupanggilnya Ayah

Tahun tahun lalu,
Kami bersenda gurau,
Tak pernah berasa galau,
Jika semua segera berlalu.

Sosok tegar,
Di dunia yang bingar,
Berjuang,
Demi aku yang terbuang.

Kupanggilnya ayah. 
Jiwa yang berjerih payah,
Peluh-peluh keringat,
Kan selalu teringat.

Luka pengkhianatan,
Duka perpisahan,
Wanita itu menyisakan debu,
Dia yang kusebut ibu.

Memang sulit dipercaya,
Dimana beribu-ribu orang,
Memandang sosok ibu, 
Dengan penuh cahaya.

Ia pikir semua beres,
Padahal karenanya hatiku tergores.
Dan kini hati ayah akan tertutup,
Selama bibirnya terkatup.

Namun ia melindungiku.
Memberikan rasa aman dan menjagaku.
Menopangku ketika aku tak mampu berdiri.
Apa yang ia dapat, aku selalu diberi.

Puluhan tahun perjuangan cinta hidupnya,
Berakhir dengan redupnya,
Sisa waktunya ia buat,
Dengan menjadikanku orang yang kuat.

Dan kini lihatlah,
Walaupun ibu membunuh batinnya,
Wajahnyalah yang dibayang di matanya,
Dan ikut bersamanya ke alam sana...

Ayahku,
Tertawalah dalam kekekalan harimu.

(May 19th 2007)



No comments: